Thursday, August 23, 2007

Some People Are Not

Mas Fajar, aku udah baca loh bukunya...boleh juga untuk para pemula film dokumenter.
Oh iya, kenalin nih, aku Lia Iris, aku juga punya PH sendiri loh, namanya Querida Cinema, tapi masih kecil-kecilan :).
Aku juga berniat untuk membuat film dokumenter...
Btw, kenal juga ya sama Pak Haji (Dedy Mizwar)?

Kapan main ke Jakarta?, pengen banget deh ketemu Mas Fajar, banyak yang pengen aku ceritain, sharing deh kalo bisa.

Ok deh...
Salam buat kru nya, Wassalamualaikum wr wb

LIA IRIS

------

Mas Fajar, apa kabar? Saya Jumadal Simamora, tinggal di Tangerang. Saya sudah beli dan baca buku mas fajar yang berjudul "Cara Pinter Bikin Film Dokumenter". Bukunya bagus dan isinya mudah di cerna dan sangat praktikal banget.

Dari dulu memang saya punya keingin membuat film dokumenter, namun ga kesampaian, karena tidak tau harus memulai darimana. Namun setelah membaca buku mas Fajar, keinginan untuk memproduksi film dokumenter itu muncul kembali.

Sebagai referensi, saya pengen nonton film dokumenter mas fajar yang berjudul " Jogja need a hero" dan Kerajaan di tepi Bengawan". Bagaimana saya mendapatkan film dokumenter tersebut? Saya minta tolong bantuan mas Fajar!

Trima kasih sebelumnya,


Jumadal S

----

Do-Nha
Posted 01/08/2007 03:32

Pertama-tama kenalin nama gw Dona
gw dpt alamat fs kmu dari bku kmu yg judulny "cara Pinter Bikin Film DOKUMENTER"

Sebenarnya awal beli buku kmu iseng doang
paz lg mw nyari buku ttg fotografi dapetnya malah buku ttg film...
iseng aja gw beli truz gw baca
padahal gw tuh orgny mls bgt baca tpi buku lho gw baca cmn dalam 3 jam(lumayan lah bwt org yg ga suka baca)
selesai baca buku kmu gw langsung tertarik bwt bikin film dokumneter...
selesai baca scene 1 gw langsung dpt ide bwt bikin film
skrg gw lg dlm rangka nyiapin materi dan ngadain riset kecil2an bwt film gw nanti(sesuai saran kmu lho)

gw minta doanya biar film gw bakalan kelar tepat wktu truz bisa gw ikutin di lomba film dokumneter

n thanx bgt bwt buku kmu yg jadi inspirasi bt gw

----

YTh Mas Fajar Nugross

Pada hari sabtu kemarin saya dan adik saya jalan jalan di Toko Buku GRAMEDIA Jl J Sudirman dan saya menemukan buku berjudul ‘ Cara Pinter Bikin Film Dokumenter” yang anda tulis. Sesampainya di rumah saya membacanya dan mendapati bahwa anda telah membuat beberapa film.

Eh kalau boleh tau dimana saya bisa mendapatkan (membeli CD dari film film anda tersebut)

Terima kasih dan salut deh sma kegigihan dan ide kreatif mas Fajar

Sujarwadi

------

Saree
Date: Monday, 20 August, 2007 2:54 PM
Subject: Salam kenal....
Message: Hai Mas Fajar...,
aku Sari dari Bandung. Aku tahu Mas Fajar krn aku beli bukunya Mas Fajar 'cara pinter bikin film dokumenter'. Tahun ini aku jg kirim cerita utk EADC tp ngga masuk jd finalis..,hehe. Aku sangat tertarik bgt utk bikin film dokumenter. Setelah baca bukunya Mas Fajar, aku jd makin pede utk bikin film dokumenter. Skrg pun aku dan teman2 lg bikin sebuah film dokumenter.
Ok deh Mas...,sukses terus ya.....

-----

DiNda
Date: localDateTimewithTi mezone("8/ 8/2007 5:57 AM","timetag1" ,"ID"); Wednesday, 8 August, 2007 7:57 PM Subject: nice to know u... Message: hi...

i'm wanna from medan. i read ur 1st book thn be my insfiration to make documentary film. thats so surprise me as documentary lovers. i had make a semi documentary called profile (MY HERO). with my friend (netty) as director and me as camera woman, we made a documentary for the 1st time (MAY 2007). n video art also (MEDAN METROPOLITAN ? ). it was so unbelieveble. AGAIN N AGAIN, MAS.... HEHEHEHE...
in Medan, filmmaker communities is growing up. esspecially in university area.
hopPully, by this way, we may sharing about film or information. coz, i'm in final test to scription. "documentary film" is my thema. please, inform me if i need some literature, do u?

bravo to u...!!!

------

Mas Nugroho yang baik,

Ini saya Pujiyono, guru SMA Kolese de Briitto. Membaca buku anda, saya tertarik dan ingin belajar sesuatu dari anda.Konkretnya begini: saya di sekolah menugaskan anak-anaknuntuk membuat dokumentasi tentang nilai-nilai kebaikan Tuhan (religius). Di kelas sebelumnya saya pernah memberikan tugas serupa, bukan dalam bentuk film tetapi paper untuk dipresentasikan.Maka minta tolong bagaimana mendapatkan copy film anda, untuk dilihat dan sebagai sarana pembelajaran. Bisa memberi tahu alamat rumah, telp, hp. Ini untuk kepentingan kontak lebih lanjut, jika sewaktu-waktu bisa berbagi pengalaman.
Sementara ini dulu yang kami tanyakan. Trima kasih atas perhatiannya.

salam,

D. Pujiyono
SMA Kolese de Britto YK

Monday, August 06, 2007

WAJAH-WAJAH NUGROSS


Fajar Nugroho Dan Wajah-Wajahnya
Written by N3
Sabtu, 17 Maret 2007

Siapa sineas muda paling produktif di Jogjakarta? Jawabannya tentu tidak lain, Fajar Nugroho atau Fajar Nugross, dua nama untuk satu orang yang sama. Mengikut di belakangnya tentu sukses yang diraih oleh film-film fiksinya seperti "Sangat Laki-Laki" dan "Dilarang Mencium Di Malam Minggu." Kali ini SHOK #5 (Screening Hall On Kinoki ke lima) memutar lagi film-film lulusan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Jogjakarta itu, di KINOKI, jalan Suroto Kotabaru, pada hari Selasa 13 Maret 2007 malam.

Selain menggarap film fiksi, dia juga sempat menggarap film dokumenter, namun sayangnya karena kendala teknis, salah satu film dokumenter yang sedianya akan diputar dalam acara tersebut, batal. Tiga buah film fiksinya diputar dalam acara tersebut sebagai pengantar diskusi. Film pertama adalah "JakJogLik," yang juga merupakan film pertama yang digarapnya. Film yang digarap tahun 2002 dengan durasi 29 menit itu bercerita tentang seorang anak muda dari Jakarta yang jauh-jauh datang ke Jogja demi menemukan cintanya, seorang gadis yang dilihatnya setahun lalu di sepanjang jalan Malioboro.

Rama, pemuda itu, menguntit si gadis dari sisi Stasiun Tugu sampai ujung sebelah Selatan, di depan gedung Kantor Pos Besar Jogjakarta, sebelum akhirnya tanpa diduga gadis itu dibawa pergi oleh gerombolan tidak dikenal. Kepergiannya menyisakan pertanyaan berikut selembar scarf yang dijatuhkannya. Setahun kemudian, Rama kembali ke Jogja untuk menemukan gadis itu. Di akhir film terdapat pesan yang intinya bila benar mencintai seseorang maka mendekatlah.

Tidak berbeda jauh, film kedua, "Dilarang Mencium Di Malam Minggu," film tahun 2003 yang juga masih bicara soal cinta, meskipun hadir dalam bentuk yang berbeda. Bercerita soal perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang gadis. Tokoh pemuda kali ini terpaksa harus berpisah dengan si gadis pada setiap hari Sabtu dan Minggu karena pacar Alina, gadis itu, kembali dari tempat KKNnya. Meski begitu, film tersebut berakhir bahagia dengan bersatunya Alina dan si pemuda karena ternyata pacarnya juga berselingkuh dan memutuskan hubungannya dengan dia.

Setelah film ke dua diputar, tibalah sesi disusi yang meskipun ditengah hujan deras, tetap berlangsung hangat dan seru. Rata-rata peserta diskusi emmberi komentar yang sama, bahwa pada dasarnya mereka bosan dengan alur film yang lamban dan membosankan. Ide cerita juga berkisar pada hal yang sama, cinta, wanita dan sakit hati. Diakui Nugross, pada dua film tersebut dia masih belum memiliki banyak pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan film. Peralatan yang digunakannyapun masih sangat sederhana. Sedangkan dari segi cerita, menurut dia, selalu berangkat dari pengalaman pribadinya maupun teman-temannya.

"Di film 'Dilarang Mencium', waktu itu saya punya pacar yang selalu berantem pas Malam Minggu, juga cerita-cerita sedh yang dialami oleh para pria di film-film itu juga berangkat dari kisah hidup saya yang pedih....", katanya yang disambut oleh tawa riuh peserta diskusi. Film-film Nugross juga banyak menampilkan scene perjalanan dan dialog-dialog panjang yang melelahkan.

Meski begitu, kelebihan-kelebihannya dalam menggarap sebuah film tentu tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Yang banyak dipuji adalah kemampuannya untuk membuat penonton tidak beranjak selama film diputar. Selain itu, dia juga produktif dan banyak memiliki penonton. Salah satu film yang juga ddiputar dalam acara tersebut, "Sangat Laki-Laki" bahkan diputar untuk umum dengan animo yang cukup bagus.

Yang terpenting menurut dia adalah jangan berhenti pada film pertama, sehingga akan semakin dimudahkan dalam film-film selanjutnya karena kepercayaan yang diberikan oleh pihak sponsor atau pihk-pihak terkait lainnya adalah berdasarkan konsistensi berkarya.*

Wednesday, June 06, 2007

ASK YOUR TRUSTED BOOKSTORE

Friday, June 01, 2007

Monday, May 28, 2007

NAGABONAR JADI NYATA!



Desember 2005. Waktu itu saya jalan-jalan di toko buku pojokan TIM dan menemukan VCD film NAGABONAR yang gambarnya kepotong. Saya memutarnya di screen kecil di sudut Cheers Coffee untuk memeriahkan malam pergantian tahun 2006.

Sejak dulu, bapak saya nggak pernah suka dengan film. Terakhir kami sekeluarga menonton bioskop adalah saat menonton Jurassic Park. Tapi saat kecil dulu, bapak juga yang mengenalkan saya dengan bioskop, kami menonton Saur Sepuh dan setelahnya, saya bertekad akan membawa senter jika bapak mengajak saya ke bioskop lagi. Hanya karena saya penasaran, setiap film diputar, seperti ada senter besar yang menerangi layar dihadapan saya hingga keluar gambarnya.

Tapi sejak saya mulai seneng bikin film, bapak menjadi sebaliknya, nggak suka saya sibuk bikin-bikin film. Kata bapak, dalam sejarah keluarga, nggak ada darah seni yang mengalir. Jadi saya nggak akan berbakat bikin film. Larangan bapak semakin keras ketika kuliah saya berantakan, sementara adik saya melewati saya dan melanjutkan ke strata 2. Penolakan bapak pun semakin kuat ketika adik saya melangkahi saya dan menikah lebih dulu, saya dapet pelangkah handphone mahal dari adik saya, tapi saya jual untuk menyelesaikan film saya... Jadi saya pikir, kalau saya punya adik perempuan banyak, pasti saya dapat pelangkah lebih untuk bikin film yang lebih baik... hehe.

Dan saat adik saya menikah itu, eyang berkata pada saya, bahwa di keluarga kami ada darah seni, buyut saya dulu jago melukis, begitu kata eyang saya. Dan bapak saya cuma terdiam. Eyang pun berkata, kalau mau jadi sutradara film, saya harus mencontoh Deddy Mizwar. Dimata eyang, Deddy Mizwar itu sutradara yang juga melakukan syiar agama lewat film-filmnya. .. Saya cuma manggut-manggut. .. Saya bilang ke eyang, saya punya VCD film Naga Bonar dan kami menonton bersama, di malam adik saya menikah...

Dua pekan selanjutnya, saya dan eyang menonton Extravaganza malam Minggu. Eyang mengulangi lagi pesannya itu. Kalau mau jadi pembuat film... bla-bla-bla. .. contoh Deddy Mizwar yang tampil sebagai bintang tamu di Extravaganza edisi malam itu.

Minggu siangnya, 27/05, saat mengantar pacar saya belanja bulanan. Pacar saya menunjukkan novel Naga Bonar jadi 2 karya Akmal Nasery Basral seraya cemberut, katanya, saya sudah ingkar, janji saya mengajaknya nonton film Naga Bonar Jadi 2 nggak terwujud. Saya pun minta maaf berkali-kali padanya seraya berjanji akan membelikannya VCD film itu nantinya... Marahnya pacar saya semakin menjadi-jadi kala handphone saya berbunyi, saya berusaha tak buru-buru membuka sms yang masuk itu. Saat pacar saya lengah, saya pun membacanya, ternyata sms dari om Akmal...

Dan kurang lebih empat jam kemudian, saya sudah di dalam sebuah pasar bernama Jejeran, 7 km arah Selatan Yogya dengan hidangan sate klatak di meja. Di depan saya, duduk Naga Bonar...

Sekali dia berkata APA KATA DUNIA?!
Dan, APA KATA BAPAK YA?!

(kata Kyai Nassruddin Ch Anshory; "tangan-tangan malaikat melapangkan jalan Fajar...")

99 TICKETS, POPCORN AND THE FILMMAKER: "HISTORY OF THE WORLD IS THE BIOGRAPHY OF THE GREAT MEN"


Ini kisah tentang Andra. Anak kuliahan yang mengaku film adalah bagian dari hidupnya. Tak peduli ayahnya sekalipun, dengan tegas mengatakan bahwa tak ada darah seni dalam keluarga mereka dan tak percaya bahwa anaknya akan sukses dengan pilihan hidupnya, menjadi sutradara film. Masa kecilnya dimulai dengan menonton midnite film-film India setiap malam minggu bersama seorang mahasiswa yang ngekos di rumahnya. Dan langkah dewasanya mulai ditemani tiket-tiket bioskop dari film-film yang ditontonnya dan selalu disimpannya di dompet. Semuanya berjumlah 99 tiket dan ia berjanji bahwa tiketnya yang ke 100 adalah tiket film yang Andra sutradarai.

Kini, tibalah saat menentukan jalan hidup, dimana kedua orang tuanya mulai gerah karena Andra tak kunjung menyelesaikan studinya di bangku kuliah. Mariana, kekasihnya pun pergi meninggalkan Andra dan memberinya sebuah handycam sebagai hadiah perpisahan. Sendiri, Andra berniat meneruskan langkahnya, keluar dari bangku kuliah dan bertualang ke Jakarta. Dalam perjalanan, Andra berkenalan dengan seorang gadis cantik bernama Celia yang berambisi menjadi supermodel. Mereka berdoa saling mendoakan untuk kesuksesan mereka nanti.

Tapi jalan mereka berbeda, Celia sukses saat melewati sebuah casting dan menjadi bintang iklan sebuah brand terkenal. Sementara Andra, hanya bekerja sebagai freelance di produksi-produksi film. Tapi Andra kadung jatuh cinta pada Celia, hingga dengan handycam pemberian Mariana, Andra memutuskan untuk membuat sebuah film pendek yang akan dipakainya untuk mengungkapkan cinta..

Andra pun kembali kecewa, karena ternyata Celia sudah memiliki kekasih seorang musisi terkenal. Kesedihan Andra yang berlarut-larut membuatnya lupa akan pekerjaannya, sehingga Andra dipecat dari produksi sebuah film. Akibatnya Andra tak mendapatkan honor dan tak mampu membayar sewa kamar kosnya.

Akhirnya Andra tinggal di sebuah bioskop tua tempat dia biasa menonton film India.. Dalam sebuah kesempatan, Andra curhat kepada Pak Warsono, pegawai gedung bioskop yang mengijinkan Andra untuk tinggal di situ tentang cita-citanya menjadi sutradara film. Dalam perbincangan itu, Pak Warsono menanyakan apakah Andra sudah memiliki ide cerita untuk filmnya kelak? Andra menggeleng, dan Pak Warsono menyarankan Andra untuk menuliskan dulu ide cerita impiannya. Lalu, berbekal resep yang semalam diutarakan Pak Warsono, Andra mulai mencari ide cerita untuk ditawarkan kepada para produser. Sebuah ide yang kata Pak Warsono merupakan obsesi terdalam Andra!

Maka, disela-sela aktivitasnya membantu Pak Warsono membersihkan bioskop itu, Andra mulai menuliskan kisah idamannya Dan akhirnya, Pak Warsono bercerita, bahwa untuk menawarkan ide ceritanya nanti, Andra harus menemui para produser-produser film. Dan saat yang tepat dimana para produser berkumpul di suatu tempat adalah pada saat premiere sebuah film baru digelar! Semangat Andra pun makin berapi-api. Dari suratkabar, Andra membaca bahwa sebuah film akan segera di launching beberapa hari lagi. Maka, walau dengan berat hati, dengan diantar Pak Warsono, Andra menjual handycam pemberian Mariana untuk membeli satu stel baju pantas, membayar rental komputer untuk mengetik ide cerita yang diberinya judul Bidadari Dalam Kereta, kisah yang kurang lebih menceritakan perjalanan cinta Andra yang kandas: Celia.

Malamnya, usai premier, Celia yang kebetulan bertemu dengan Andra membawanya menemui sosok setengah baya bernama Romy Perdana, seorang produser film yang hadir malam itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Pak Romy antusias berkenalan dengan Andra dan bersedia untuk membaca naskah yang dibawa Andra. Ia berjanji untuk menghubungi Andra dikemudian hari.

Beberapa hari kemudian, Andra sudah berada di kantor produser Romy Perdana. Produser itu langsung menyatakan sangat tertarik dengan kisah berjudul Bidadari Dalam Kereta yang ditulis Andra. Dan Romy berniat mengangkat kisah itu ke layar lebar, tapi tidak sekarang. Saat ini, Romy Pictures punya rencana untuk memproduksi sebuah film horror berjudul Nisan Berlumur Darah dan Andra diminta untuk menjadi sutradaranya. Andra tentu sangat senang dengan kabar gembira itu, terlebih lagi, pemeran utama wanitanya adalah Celia.

Dan begitulah, produksi film Nisan Berlumur Darah telah dimulai, dengan keseriusan dan semangat tingkat tinggi, Andra mengerjakan film horror itu. Walau bermandi keringat, Andra tetap menjalankan proses produksi tanpa mengeluh. Apalagi Celia bermain sangat baik dan sungguh sempurna di mata Andra. Lawan main Celia dalam film horror arahan Andra itu adalah seorang aktor muda terkenal bernama Demon. Sampai hari ketiga, saat semua berjalan lancar dan sempurna di mata Andra, sutradara muda itu hendak menemui Celia secara khusus setelah syuting berakhir dan mengajak wanita itu makan malam. Andra hendak mengetuk kaca mobil Celia ketika mendadak ia sadar mobil mewah di hadapannya bergoyang pelan. Jantung Andra berdegup dan segera meraih panel pintu mobil lalu menariknya kuat-kuat. Di jok depan mobil, Celia tengah bercinta dengan Demon.

Malam itu, kelelahan tiba-tiba seperti menjalar dua kali lipat di urat nadi Andra. Dengan gontai, Andra melangkah menuju bioskop Pak Warsono yang akan segera digusur

Tiba-tiba seluruh lampu di ruangan itu menyala. Pak Warsono berdiri di depan pintu darurat lengkap dengan alat-alat kebersihan. Beliau menanyakan apa yang sedang dilakukan Andra di sini dan bukannya menyutradarai filmnya. Andra menjawab bahwa ia hanya sedang beristirahat sebentar. Pak Warsono kemudian mendekati Andra dan Duduk di sebelahnya. Pak Warsono lalu memberi ucapan selamat kepada Andra. Kini Andra telah menjadi seorang sutradara. Tapi Andra menggeleng, dirinya bukanlah seorang sutradara, bahkan masih jauh dari impiannya sebagai sutradara, karena film yang tengah dibuatnya belum selesai, bahkan kemungkinan besar tidak akan dia selesaikan dengan alasan Andra kecewa dengan perbuatan Celia. Semula, Andra berharap setelah film Nisan Berlumur Darah selesai diproduksi, ia akan berhasil menggandeng Celia sebagai pacarnya dan menunjukkan semua itu dihadapan Mariana. Pak Warsono tersenyum mendengar kisah Andra. Menurutnya, Andra benar-benar tidak pantas menjadi seorang sutradara. Karena seorang sutradara haruslah berkarya dengan hati, mengerjakan sebuah film yang ceritanya memiliki idealisme.

Tiba-tiba Pak Warsono membungkuk dan mengambil sesuatu dari lantai. Tangan Pak Warsono menggengam kotak popcorn ketika diangkat. Ia tersenyum heran karena masih bisa melihat kotak popcorn di gedung ini. Sesuatu yang langka sejak beberapa tahun belakangan. Dilihatnya isi kotak itu, ternyata masih tersisa sebutir popcorn di dalamnya. Pak Warsono mengeluarkan popcorn itu lalu menunjukannya ke Andra. Ia kemudian berkata kepada Andra bahwa dari sekotak popcorn kita bisa mengetahui kualitas sebuah film. Semakin lama seorang penonton menghabiskan sekotak popcorn, maka makin bagus film yang ia tonton. Dan semakin cepat habis popcorn yang ia punya, maka semakin tidak betah si penonton untuk menyaksikan film yang diputar sampai selesai. Sekarang tinggal tergantung pilihan Andra. Ingin membuat film yang bagus atau yang buruk sehingga penonton lebih tertarik untuk menghabiskan popcornnya daripada menonton film Andra. Dan yang pasti film horror merupakan film yang paling cepat menghabiskan sekotak popcorn. Karena popcorn itu terlanjur berhamburan sebelum sempat dinikmati.

Andra benar-benar tersadar akan apa yang dikatakan Pak Warsono. Ia kini mempunyai tekad kuat untuk menyelesaikan filmnya. Bukan untuk Celia atau siapa pun, tapi hanya untuk dirinya. Andra kemudia mohon diri kepada Pak Warsono. Sebelum keluar dari gedung itu, Andra membalikkan badan dan bertanya kepada Pak Warsono kenapa di bioskop ini tidak menjual popcorn lagi. Pak Warsono yang mendengar pertanyaan Andra tersenyum dan kemudian berkata bahwa sekotak popcorn yang rata-rata berisi 150 butir tidak pernah akan cukup untuk durasi film India.

Sebulan kemudian, tepat sehari sebelum Bioskop tua itu dirobohkan. Orang-orang ramai berdatangan ke bioskop tua Pak Warsono. Mobil-mobil mewah parkir dihalaman bioskop itu, wajah-wajah selebritis pun tampak lalu lalang. Poster-poster film berjudul Nisan Berlumur Darah tampak terpasang dimana-mana. Lalu, setelah semua undangan duduk dengan wajah aneh di bangku-bangku rapuh gedung bioskop tua itu, Andra berjalan ke barisan paling depan. Sebelum membuka mulut untuk berkata-kata, Andra melihat Mariana melangkah masuk menuruni tangga, Andra tersenyum agak kecut, karena Mariana tampak menggandeng seorang gadis kecil.

Dan, Andra memulai pidato pembukanya dengan mengucap maaf, bahwa premiere terpaksa dilakukan di bioskop tua itu sebagai tanda perpisahan karena besok pagi, gedung bioskop itu akan dirobohkan. Setelah itu film THE FILMMAKER di putar. Sebuah film yang bercerita tentang perjalanan seorang pria yang mengejar impiannya menjadi seorang sutradara film layar lebar, impian pria itu terwujud dan film pertama yang dibuat tokoh dalam film itu berjudul Nisan Berlumur Darah…

Begitu film selesai, hadirin memberi applause dan selamat kepada Andra, tapi tidak dengan Romy Perdana dan para stafnya yang langsung menghampiri Andra dan mengungkapkan kekecewaan mereka. Andra dianggap telah menipu produsernya karena membuat film yang bukan bergenre horror seperti perjanjian semula! Tapi Andra tak peduli, hatinya telah merasa puas dan bahagia. Terutama ketika mendapat ucapan selamat dari Mariana. Kekasih lamanya itu menghampirinya sambil menggendong gadis kecil yang tertidur di pelukkanya. Mariana mengucapkan selamat dengan mengecup pipi Andra. Spontan Andra membalas ucapan terimakasih Mariana dengan senyum tipis seraya bertanya mana suami Mariana, ayah dari gadis kecil yang digendongnya. Mariana terperanjat, akankah Andra lupa dengan Ghea? Keponakan Mariana yang dulu sewaktu mereka berpacaran masih bayi berumur tujuh bulan?

Beberapa hari kemudian, Andra berjalan masuk ke sebuah bioskop. Ia segera menuju loket dan membeli tiket. Setelah itu ia membeli sekotak popcorn lalu duduk menunggu di salah satu sofa yang telah disediakan. Mulutnya tampak sibuk mengunyah popcorn yang tadi ia beli. Tak terasa popcorn itu kini hanya tersisa sebutir. Tiba-tiba suara Maria Oentoe membahana. Dilihatnya tiket yang tadi ia beli. Judul film di tiket itu tertulis The Filmmaker. Andra tersenyum bangga membaca tulisan di tiket itu.. Andra kemudian memakan butir terakhir dari popcornnya lalu bergegas pergi menuju tater yang akan memutar filmnya.

:A FILM STORYLINE BY FAJAR NUGROSS
:DEVELOPMENT STORY BY OSCHA MOROON

Wednesday, May 23, 2007

Six Month of Mati Bujang Tengah Malam




Ini poster film terbaru saya, belum poster resmi sih. Harusnya sang aktor menjalani sesi pemotretan khusus poster, tapi usai syuting, ternyata Eross potong rambut tanpa sadar. Akhirnya daripada nggak sesuai dengan potongan rambut dalam filmnya, kita tunda dulu sesi foto-foto untuk kepentingan poster dan pernik promonya.

Sejak tercetus pada bulan November 2006 untuk dibuat film, proyek Mati Bujang Tengah Malam kini tinggal selangkah lagi untuk selesai dan siap dishare kepada publik, dikirim ke festival-festival yang sesuai. Persis enam bulan untuk film berdurasi sekitar 45 menit ini (versi festivalnya 30 menit).

Terimakasih untuk seluruh kru yang terlibat dan percaya serta mendukung setiap keputusan sang sutradara. Terimakasih pula untuk para pemain, mulai Eross Candra, Artika Sari Devi, Grace Natalie hingga Memed Jantan August, Rendi Ferdinal dan Aditya Novikasari, para cameo dan pemeran pembantu yang gak bisa disebut satu demi satu. Tak lupa saya harus minta maaf, jika setelah berakting dengan sungguh-sungguh, ternyata demi kepentingan mood film secara keseluruhan, editing harus membuang gambar-gambar bagus penuh dedikasi dan keringat baik dari para kru dan aktor aktrisnya yang terlibat. Percayalah, semua demi kepentingan pencapaian hasil yang maksimal secara subyektif dari kacamata editor, director dan produsernya...

Sampai detik ini, melihat hasil editing dan mencocokkannya dengan blackbook pra produksi, saya sadar bahwa 90 persen rencana syuting telah tercapai. Ada sedikit yang meleset dari rencana, dan itu menjadi catatan berharga untuk produksi selanjutnya, di level selanjutnya pula...

Selamat menonton nantinya dan semoga terhibur, dapat menikmati tanpa merasa perlu untuk berusaha suka...

Fajar Nugross
23/05/07

Wednesday, March 14, 2007

POSTER RESMI PRA-PRODUKSI

untuk kepentingan sponsorship dan seputar pra produksi

Sunday, January 28, 2007

Mati Bujang Tengah Malam: Cerpen Original 2005

Thursday, December 22, 2005

Cerpen Keren yang Dicekal
Heran deh.. kenapa sih banyak kreativitas yang dicekal. Dan semua gara-gara kekhawatiran yang berlebihan. Takut masyarakat begini lah, takut masyarakat begitu lah. Padahal, semua orang tahu, cerita fiktif itu artinya cuma bohongan.. Jadi, kenapa harus dicekal? Kayak cerpen bikinan Fajar Nugross ini. Awalnya, Mati Bujang Tengah Malam mau diterbitkan di sebuah tabloid mingguan di Jogja. Tapi, gara-gara ceritanya yang menyinggung soal bom Bali, cerpen ini nggak boleh naik cetak.Pengin tahu cerpennya? klik langsung link di bawah ini. Kelar itu, pilih open, and just enjoy it!
cerpen mati bujang tengah malam-i will always try to love my day-
kamu lagi ngebaca tulisan azzhole yang dibikin jam 12:20 PM

2 Comments:
awan asmara ngebacot...
Lha iya ziz, padahal cerpennya bagus lho. Apalagi waktu pendeskripsian kalau tokoh utamanya adalah mahasiswa yang lulus cumlaude tapi susah dapet kerja. Wih saya langsung mengucap syukur. Kita kan sudah dapet kerjaan kan? he he hePlus betapa nistanya saat si mahasiswa cumlaude juga harus kehilangan kekasihnya. Melasse. Jadi deh dia meledakkan diri aja. Sebuah perbuatan yang layak menjadikan dia the real loser of the world......

---

Yup, tulisan diatas di copy paste dari sebuah blogs berikut: http://azizonblog.blogspot.com/2005/12/cerpen-keren-yang-dicekal.html saya temukan ketika iseng-iseng mengetik kata 'nugross' di google. Menjadi menarik buat saya karena cerpen Mati Bujang Tengah Malam saya tulis pada 15 November 2005 pukul setengah dua dini hari. Kemudian ditolak untuk dimuat oleh redaktur sebuah surat kabar mingguan di Jogja. Dan akhirnya, cerpen itu saya masukkan menjadi bagian dari 8 cerpen lain dalam novel Buaya Jantan.

Namun nasib Mati Bujang Tengah Malam tidak berhenti, saat ini, oleh konsorsium kreatif bernama Democratic Cinema, naskah cerpen itu tengah di godog menjadi sebuah skenario film oleh Donny Prasetyo. Dan sebelum menyimak film berdurasi 24 menit berjudul sama di pertengahan tahun 2007 nanti, ada baiknya kita membaca dulu cerpen Mati Bujang Tengah Malam draft originalnya sebagai berikut:

Mati Bujang Tengah Malam
---Fajar Nugross---


Sebagai laki-laki berumur 25 tahun, menjadi salah
satu mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaude,
Armand merasa seharusnya masa depan lebih baik dari
pada kenyataan yang dialaminya sekarang. Tapi
kenyataan berkata lain. Apa yang disebutnya bencana
itu sudah Armand rasakan di hari wisudanya, tepat
setelah Rektor menyematkan pin emas di dada kanannya
sebagai symbol bahwa dirinya menyandang gelar
cumlaude. “Sekarang, kalian kembali ke masyarakat,
memasuki medan perang baru, apa yang didapat di bangku
kuliah, belumlah menjamin, tapi setidaknya kalian
punya modal untuk bertempur nanti!” kata sang Rektor
tegas dan jelas.
Itu tiga tahun lalu, kini terbuktilah sudah apa
maksud perkataan sang rektor, ilmu yang didapatnya di
bangku kuliah, sama sekali tak menjamin, pin emas
tanda gelar cumlaude telah berselimut debu di laci
mejanya. Bahkan pin emas itu hampir dia jual dan
uangnya dia belikan sebungkus rokok, menurut Armand
niat itu malah akan membuat pin emas itu berguna!
*
“Itu sudah harga paling tinggi Man, kita kan teman,
nggak mungkin lah aku memberi harga rendah!” seru
Broto mencoba meyakinkan. Armand mengelus-ngelus lagi
monitor komputer yang telah menemaninya selama dia
duduk di bangku kuliah, komputer yang membantunya
menyelesaikan banyak tugas dan terakhir bekerja keras
untuk skripsinya itu harus dilego demi menyambung
usaha Armand membeli amplop coklat untuk diisi lamaran
pekerjaan.
*
Armand merasa, kini tangannya sudah menebal seinci
lebih karena sisa lem kertas yang mengering menempel
dijari telunjuknya. Puluhan amplop berwarna coklat
berisi lamaran pekerjaan sudah tersusun rapi diatas
meja disebelah foto mantan pacarnya.
“Kita putus!” begitu vonis Amelia, cewek yang sudah
bertahun-tahun mendampinginya, bahkan Amelia juga yang
berdiri disamping Armand saat Rektor menyematkan pin
emas dulu. Tapi masa-masa indah itu telah berlalu
seiring pin emas tertutup debu, seperti pertanda bahwa
masa depan Armand pun tak kunjung menuai jaman
keemasaannya. Amelia kemudian menyusul Armand diwisuda
dan seperti halnya wanita yang sadar akan kelebihan
paras dan tubuhnya, tak perlu pin emas tersemat di
dada karena apa yang tersenyembunyi di balik baju
Amelia adalah gunung emas yang diincar setiap lelaki
berposisi penting di tiap perusahaan besar. Lalu,
untuk apa Amelia tetap berada disampingnya? Tinggallah
Armand sendiri.
*
“Punya pengalaman kerja?”
Armand menggeleng. Menerima kembali lamarannya dan
beranjak dari kursi ruang personalia itu. Ini
penolakan ke sekian yang diterima Armand.
“Kami kagum dengan Indeks Prestasi kelulusan kamu,
luar biasa!” puji kepala bagian personalia di kantor
lain. “IPK saya saat lulus juga hampir segitu, nyaris
mendapat pin emas saat wisuda, kamu punya pin emas
itu?”
Armand mengangguk mantap, akhirnya pin emas itu ada
gunanya juga, pikir Armand.
“Jadi, lamaran saudara saya simpan dahulu,” lanjut
lelaki itu. “Saya taruh di tumpukan teratas pokoknya,
jadi kalau ada penerimaan pegawai baru, saya langsung
memanggil saudara!”
“Terimakasih Pak,” jawab Armand tegas dan mantap,
secercah harapan mulai mengisi benaknya.
Begitu Armand pergi, lelaki itu segera melempar surat
lamaran Armand ke tong sampah. “Pegawai baru dengan
IPK segitu, bisa mengancam posisiku!” jerit lelaki
itu.
*
Tiba dikamar kosnya yang kelam, Armand menerima
setumpuk surat yang dikirim petugas pos. Selembar
surat dari desa membuat suasana kamarnya semakin
gelap. Itu surat dari bapak di desa.
“Kami sudah menjual sawah dan seluruh sapi yang kami
punya untuk membiayai kamu kuliah, sekarang bapak dan
ibu kesusahan di desa, kemarin ibumu antri untuk
mendapatkan Bantuan Langsung Tunai, tapi
terdesak-desak sampai harus opname di rumah sakit.
Kamu sudah mendapatkan pekerjaan belum Man? Kalau
belum, pulang lah ke desa, siapa tahu namamu juga bisa
dimasukkan dalam daftar orang-orang miskin yang
menerima bantuan itu, karena kita butuh biaya, adikmu
juga mulai masuk sekolah…” Sebutir air bening
mengalir dari sudut mata kanan Armand.
*
“Kamu pernah membaca novel Count of Monte Cristo?”
Armand menggeleng mendengar pertanyaan yang diberikan
lelaki misterius yang dijumpainya di jalan tadi. Entah
mengapa, Armand merasa nyaman terhadap sosok lelaki
itu, keramahan lelaki itu membuat Armand membawanya
masuk kedalam kamar kosnya yang sempit. Lelaki itu
bergerak cepat kearah jendela kamar, dan menurunkan
tirainya. Wajahnya tak terlihat jelas karena cahaya
matahari terhalang masuk.
“Sang Count selalu menerima penderitaan yang terjadi,
tak pernah mengeluh akan penghinaan dan terus
bersabar, sampai ketika kesempatan datang.” Ucapan
lelaki misterius itu terdengar jelas, Armand merasa
hidupnya tengah dirangkum oleh lelaki itu. “Aku akan
menjadikanmu lelaki yang berguna bagi keluargamu.”
*
Armand membuka surat yang dikirimkan ayahnya dari
desa.
“Kami berharap kamu ada diantara kami Man, saat
rejeki dari Tuhan itu datang, tiba-tiba saja,
sekeluarga di desa masuk televisi, itu lho Man, acara
yang memberi uang jutaan rupiah untuk dibelikan
bermacam-macam kebutuhan, jadi kami tak perlu antri
dana kompensasi lagi Man, juga ada biaya untuk
pengobatan ibumu…” demikian ayah Armand menulis kabar
yang tak lagi membuat Armand menangis.
*
Beberapa minggu kemudian, “Lihat televisi Man,
sekarang!” seru ibu kos histeris. Armand segera
berlari ke ruang utama, tempat ibu kos dan beberapa
anak lain tengah menonton acara reality show. Armand
terperangah ketika melihat rumahnya didesa ada dalam
tayangan itu. Sebuah program acara yang merubah
rumah-rumah reyot menjadi lebih baik.
*
Sebulan kemudian, sebuah surat datang lagi kepada
Armand. Kali ini dari adik bungsunya yang mulai masuk
kuliah.
“Mas Armand, Sari di desa kini bisa sekolah lagi,
kemarin Sari dapat beasiswa, juga bantuan untuk
membayar segala tunggakan yang selama ini menumpuk di
sekolah…”
Armand menghentikan membaca surat itu. Pintu kamarnya
diketuk. Sekejap setelah pintu dibuka oleh Armand,
sosok lelaki misterius itu masuk kedalam kamarnya.
Langkahnya hampir tak bersuara. Seperti dulu, lelaki
itu segera menutup tirai jendela kamar Armand.
“Sekarang kamu sudah menjadi anak yang berguna bagi
keluargamu. Mereka hidup layak, punya modal yang cukup
untuk meneruskan hidup dan adikmu terjamin masa
depannya.” Lanjut lelaki itu.
“Mereka bahagia sekarang,” jawab Armand pendek.
“Tapi kami tak bisa membahagiakan seluruh rakyat
bangsa ini Man, jadi kami membutuhkanmu untuk membuat
headline baru di koran-koran pagi besok.” jawab lelaki
itu sambil melepas kemejanya. Armand segera melihat
sebuah rompi hitam membalut tubuh lelaki itu. Lelaki
itu kemudian melepas rompi yang dikenakannya, lalu
menyodorkan kepada Armand.
*
Entah sudah berapa lama, Armand berputar keliling
menyusuri jalanan kota bersama lelaki itu, mereka
menaiki sebuah taksi yang menurut Armand mungkin telah
di sewa oleh lelaki misterius disampingnya. Tepat
tengah malam, Armand turun dari taksi yang berhenti
didepan sebuah restoran pinggir jalan. Langkahnya
begitu mantap, semantap tangannya yang menggenggam
erat tali kenur berwarna hitam diujung sebelah kanan
rompinya. Perintah lelaki misterius itu cukup jelas,
masuk kedalam restoran itu dan tarik tali yang
digenggamnya sekuat mungkin.
“Tak akan terasa, tiba-tiba kamu sudah berada di
surga,” bisik lelaki misterius itu, sesaat sebelum
Armand membuka pintu taksi dan turun.
Hiruk-pikuk pengunjung restoran mulai memenuhi
gendang telinga Armand. Tiba-tiba suara-suara itu
hilang, yang ada hanya teriakan bahagia adiknya bisa
melanjutkan sekolah. Lalu terbayang senyum bahagia
kedua orang tuanya. Ayahnya seperti hendak mengatakan
sesuatu tapi Armand tak mendengar, Armand berusaha
membaca gerak bibir ayahnya. Kami bangga padamu Man!
Itu kata ayahnya, Armand tersenyum, lalu menarik tali
diujung rompi yang dipakainya kuat-kuat…
Blaaar!!!
***


(Mati Bujang Tengah Malam; 15 November 2005; 01:30 WIB)

Saturday, January 13, 2007

Sama Sempurna

Awal 2007 ini saya mendapatkan keberuntungan, tiba-tiba ikut sebuah produksi iklan komersial televisi (TVC). Sutradaranya bule, George M (asal Aussie berumur 64 tahun ini spesialis rokok katanya), jabatan saya sederhana sih dalam proyek ini, baru 2nd-2nd Assistant Director Tino Soeranggalo, another Toraja's Guy setelah bos saya di Fictionary, Sakti Parantean Salulinggi itu... Seperti sebuah workshop buat saya sebelum mengerjakan fiksi Mati Bujang Tengah Malam...