Monday, May 28, 2007

99 TICKETS, POPCORN AND THE FILMMAKER: "HISTORY OF THE WORLD IS THE BIOGRAPHY OF THE GREAT MEN"


Ini kisah tentang Andra. Anak kuliahan yang mengaku film adalah bagian dari hidupnya. Tak peduli ayahnya sekalipun, dengan tegas mengatakan bahwa tak ada darah seni dalam keluarga mereka dan tak percaya bahwa anaknya akan sukses dengan pilihan hidupnya, menjadi sutradara film. Masa kecilnya dimulai dengan menonton midnite film-film India setiap malam minggu bersama seorang mahasiswa yang ngekos di rumahnya. Dan langkah dewasanya mulai ditemani tiket-tiket bioskop dari film-film yang ditontonnya dan selalu disimpannya di dompet. Semuanya berjumlah 99 tiket dan ia berjanji bahwa tiketnya yang ke 100 adalah tiket film yang Andra sutradarai.

Kini, tibalah saat menentukan jalan hidup, dimana kedua orang tuanya mulai gerah karena Andra tak kunjung menyelesaikan studinya di bangku kuliah. Mariana, kekasihnya pun pergi meninggalkan Andra dan memberinya sebuah handycam sebagai hadiah perpisahan. Sendiri, Andra berniat meneruskan langkahnya, keluar dari bangku kuliah dan bertualang ke Jakarta. Dalam perjalanan, Andra berkenalan dengan seorang gadis cantik bernama Celia yang berambisi menjadi supermodel. Mereka berdoa saling mendoakan untuk kesuksesan mereka nanti.

Tapi jalan mereka berbeda, Celia sukses saat melewati sebuah casting dan menjadi bintang iklan sebuah brand terkenal. Sementara Andra, hanya bekerja sebagai freelance di produksi-produksi film. Tapi Andra kadung jatuh cinta pada Celia, hingga dengan handycam pemberian Mariana, Andra memutuskan untuk membuat sebuah film pendek yang akan dipakainya untuk mengungkapkan cinta..

Andra pun kembali kecewa, karena ternyata Celia sudah memiliki kekasih seorang musisi terkenal. Kesedihan Andra yang berlarut-larut membuatnya lupa akan pekerjaannya, sehingga Andra dipecat dari produksi sebuah film. Akibatnya Andra tak mendapatkan honor dan tak mampu membayar sewa kamar kosnya.

Akhirnya Andra tinggal di sebuah bioskop tua tempat dia biasa menonton film India.. Dalam sebuah kesempatan, Andra curhat kepada Pak Warsono, pegawai gedung bioskop yang mengijinkan Andra untuk tinggal di situ tentang cita-citanya menjadi sutradara film. Dalam perbincangan itu, Pak Warsono menanyakan apakah Andra sudah memiliki ide cerita untuk filmnya kelak? Andra menggeleng, dan Pak Warsono menyarankan Andra untuk menuliskan dulu ide cerita impiannya. Lalu, berbekal resep yang semalam diutarakan Pak Warsono, Andra mulai mencari ide cerita untuk ditawarkan kepada para produser. Sebuah ide yang kata Pak Warsono merupakan obsesi terdalam Andra!

Maka, disela-sela aktivitasnya membantu Pak Warsono membersihkan bioskop itu, Andra mulai menuliskan kisah idamannya Dan akhirnya, Pak Warsono bercerita, bahwa untuk menawarkan ide ceritanya nanti, Andra harus menemui para produser-produser film. Dan saat yang tepat dimana para produser berkumpul di suatu tempat adalah pada saat premiere sebuah film baru digelar! Semangat Andra pun makin berapi-api. Dari suratkabar, Andra membaca bahwa sebuah film akan segera di launching beberapa hari lagi. Maka, walau dengan berat hati, dengan diantar Pak Warsono, Andra menjual handycam pemberian Mariana untuk membeli satu stel baju pantas, membayar rental komputer untuk mengetik ide cerita yang diberinya judul Bidadari Dalam Kereta, kisah yang kurang lebih menceritakan perjalanan cinta Andra yang kandas: Celia.

Malamnya, usai premier, Celia yang kebetulan bertemu dengan Andra membawanya menemui sosok setengah baya bernama Romy Perdana, seorang produser film yang hadir malam itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Pak Romy antusias berkenalan dengan Andra dan bersedia untuk membaca naskah yang dibawa Andra. Ia berjanji untuk menghubungi Andra dikemudian hari.

Beberapa hari kemudian, Andra sudah berada di kantor produser Romy Perdana. Produser itu langsung menyatakan sangat tertarik dengan kisah berjudul Bidadari Dalam Kereta yang ditulis Andra. Dan Romy berniat mengangkat kisah itu ke layar lebar, tapi tidak sekarang. Saat ini, Romy Pictures punya rencana untuk memproduksi sebuah film horror berjudul Nisan Berlumur Darah dan Andra diminta untuk menjadi sutradaranya. Andra tentu sangat senang dengan kabar gembira itu, terlebih lagi, pemeran utama wanitanya adalah Celia.

Dan begitulah, produksi film Nisan Berlumur Darah telah dimulai, dengan keseriusan dan semangat tingkat tinggi, Andra mengerjakan film horror itu. Walau bermandi keringat, Andra tetap menjalankan proses produksi tanpa mengeluh. Apalagi Celia bermain sangat baik dan sungguh sempurna di mata Andra. Lawan main Celia dalam film horror arahan Andra itu adalah seorang aktor muda terkenal bernama Demon. Sampai hari ketiga, saat semua berjalan lancar dan sempurna di mata Andra, sutradara muda itu hendak menemui Celia secara khusus setelah syuting berakhir dan mengajak wanita itu makan malam. Andra hendak mengetuk kaca mobil Celia ketika mendadak ia sadar mobil mewah di hadapannya bergoyang pelan. Jantung Andra berdegup dan segera meraih panel pintu mobil lalu menariknya kuat-kuat. Di jok depan mobil, Celia tengah bercinta dengan Demon.

Malam itu, kelelahan tiba-tiba seperti menjalar dua kali lipat di urat nadi Andra. Dengan gontai, Andra melangkah menuju bioskop Pak Warsono yang akan segera digusur

Tiba-tiba seluruh lampu di ruangan itu menyala. Pak Warsono berdiri di depan pintu darurat lengkap dengan alat-alat kebersihan. Beliau menanyakan apa yang sedang dilakukan Andra di sini dan bukannya menyutradarai filmnya. Andra menjawab bahwa ia hanya sedang beristirahat sebentar. Pak Warsono kemudian mendekati Andra dan Duduk di sebelahnya. Pak Warsono lalu memberi ucapan selamat kepada Andra. Kini Andra telah menjadi seorang sutradara. Tapi Andra menggeleng, dirinya bukanlah seorang sutradara, bahkan masih jauh dari impiannya sebagai sutradara, karena film yang tengah dibuatnya belum selesai, bahkan kemungkinan besar tidak akan dia selesaikan dengan alasan Andra kecewa dengan perbuatan Celia. Semula, Andra berharap setelah film Nisan Berlumur Darah selesai diproduksi, ia akan berhasil menggandeng Celia sebagai pacarnya dan menunjukkan semua itu dihadapan Mariana. Pak Warsono tersenyum mendengar kisah Andra. Menurutnya, Andra benar-benar tidak pantas menjadi seorang sutradara. Karena seorang sutradara haruslah berkarya dengan hati, mengerjakan sebuah film yang ceritanya memiliki idealisme.

Tiba-tiba Pak Warsono membungkuk dan mengambil sesuatu dari lantai. Tangan Pak Warsono menggengam kotak popcorn ketika diangkat. Ia tersenyum heran karena masih bisa melihat kotak popcorn di gedung ini. Sesuatu yang langka sejak beberapa tahun belakangan. Dilihatnya isi kotak itu, ternyata masih tersisa sebutir popcorn di dalamnya. Pak Warsono mengeluarkan popcorn itu lalu menunjukannya ke Andra. Ia kemudian berkata kepada Andra bahwa dari sekotak popcorn kita bisa mengetahui kualitas sebuah film. Semakin lama seorang penonton menghabiskan sekotak popcorn, maka makin bagus film yang ia tonton. Dan semakin cepat habis popcorn yang ia punya, maka semakin tidak betah si penonton untuk menyaksikan film yang diputar sampai selesai. Sekarang tinggal tergantung pilihan Andra. Ingin membuat film yang bagus atau yang buruk sehingga penonton lebih tertarik untuk menghabiskan popcornnya daripada menonton film Andra. Dan yang pasti film horror merupakan film yang paling cepat menghabiskan sekotak popcorn. Karena popcorn itu terlanjur berhamburan sebelum sempat dinikmati.

Andra benar-benar tersadar akan apa yang dikatakan Pak Warsono. Ia kini mempunyai tekad kuat untuk menyelesaikan filmnya. Bukan untuk Celia atau siapa pun, tapi hanya untuk dirinya. Andra kemudia mohon diri kepada Pak Warsono. Sebelum keluar dari gedung itu, Andra membalikkan badan dan bertanya kepada Pak Warsono kenapa di bioskop ini tidak menjual popcorn lagi. Pak Warsono yang mendengar pertanyaan Andra tersenyum dan kemudian berkata bahwa sekotak popcorn yang rata-rata berisi 150 butir tidak pernah akan cukup untuk durasi film India.

Sebulan kemudian, tepat sehari sebelum Bioskop tua itu dirobohkan. Orang-orang ramai berdatangan ke bioskop tua Pak Warsono. Mobil-mobil mewah parkir dihalaman bioskop itu, wajah-wajah selebritis pun tampak lalu lalang. Poster-poster film berjudul Nisan Berlumur Darah tampak terpasang dimana-mana. Lalu, setelah semua undangan duduk dengan wajah aneh di bangku-bangku rapuh gedung bioskop tua itu, Andra berjalan ke barisan paling depan. Sebelum membuka mulut untuk berkata-kata, Andra melihat Mariana melangkah masuk menuruni tangga, Andra tersenyum agak kecut, karena Mariana tampak menggandeng seorang gadis kecil.

Dan, Andra memulai pidato pembukanya dengan mengucap maaf, bahwa premiere terpaksa dilakukan di bioskop tua itu sebagai tanda perpisahan karena besok pagi, gedung bioskop itu akan dirobohkan. Setelah itu film THE FILMMAKER di putar. Sebuah film yang bercerita tentang perjalanan seorang pria yang mengejar impiannya menjadi seorang sutradara film layar lebar, impian pria itu terwujud dan film pertama yang dibuat tokoh dalam film itu berjudul Nisan Berlumur Darah…

Begitu film selesai, hadirin memberi applause dan selamat kepada Andra, tapi tidak dengan Romy Perdana dan para stafnya yang langsung menghampiri Andra dan mengungkapkan kekecewaan mereka. Andra dianggap telah menipu produsernya karena membuat film yang bukan bergenre horror seperti perjanjian semula! Tapi Andra tak peduli, hatinya telah merasa puas dan bahagia. Terutama ketika mendapat ucapan selamat dari Mariana. Kekasih lamanya itu menghampirinya sambil menggendong gadis kecil yang tertidur di pelukkanya. Mariana mengucapkan selamat dengan mengecup pipi Andra. Spontan Andra membalas ucapan terimakasih Mariana dengan senyum tipis seraya bertanya mana suami Mariana, ayah dari gadis kecil yang digendongnya. Mariana terperanjat, akankah Andra lupa dengan Ghea? Keponakan Mariana yang dulu sewaktu mereka berpacaran masih bayi berumur tujuh bulan?

Beberapa hari kemudian, Andra berjalan masuk ke sebuah bioskop. Ia segera menuju loket dan membeli tiket. Setelah itu ia membeli sekotak popcorn lalu duduk menunggu di salah satu sofa yang telah disediakan. Mulutnya tampak sibuk mengunyah popcorn yang tadi ia beli. Tak terasa popcorn itu kini hanya tersisa sebutir. Tiba-tiba suara Maria Oentoe membahana. Dilihatnya tiket yang tadi ia beli. Judul film di tiket itu tertulis The Filmmaker. Andra tersenyum bangga membaca tulisan di tiket itu.. Andra kemudian memakan butir terakhir dari popcornnya lalu bergegas pergi menuju tater yang akan memutar filmnya.

:A FILM STORYLINE BY FAJAR NUGROSS
:DEVELOPMENT STORY BY OSCHA MOROON

1 comment:

meandthestar said...

it's absolutely cool...!