Thursday, August 23, 2007

Some People Are Not

Mas Fajar, aku udah baca loh bukunya...boleh juga untuk para pemula film dokumenter.
Oh iya, kenalin nih, aku Lia Iris, aku juga punya PH sendiri loh, namanya Querida Cinema, tapi masih kecil-kecilan :).
Aku juga berniat untuk membuat film dokumenter...
Btw, kenal juga ya sama Pak Haji (Dedy Mizwar)?

Kapan main ke Jakarta?, pengen banget deh ketemu Mas Fajar, banyak yang pengen aku ceritain, sharing deh kalo bisa.

Ok deh...
Salam buat kru nya, Wassalamualaikum wr wb

LIA IRIS

------

Mas Fajar, apa kabar? Saya Jumadal Simamora, tinggal di Tangerang. Saya sudah beli dan baca buku mas fajar yang berjudul "Cara Pinter Bikin Film Dokumenter". Bukunya bagus dan isinya mudah di cerna dan sangat praktikal banget.

Dari dulu memang saya punya keingin membuat film dokumenter, namun ga kesampaian, karena tidak tau harus memulai darimana. Namun setelah membaca buku mas Fajar, keinginan untuk memproduksi film dokumenter itu muncul kembali.

Sebagai referensi, saya pengen nonton film dokumenter mas fajar yang berjudul " Jogja need a hero" dan Kerajaan di tepi Bengawan". Bagaimana saya mendapatkan film dokumenter tersebut? Saya minta tolong bantuan mas Fajar!

Trima kasih sebelumnya,


Jumadal S

----

Do-Nha
Posted 01/08/2007 03:32

Pertama-tama kenalin nama gw Dona
gw dpt alamat fs kmu dari bku kmu yg judulny "cara Pinter Bikin Film DOKUMENTER"

Sebenarnya awal beli buku kmu iseng doang
paz lg mw nyari buku ttg fotografi dapetnya malah buku ttg film...
iseng aja gw beli truz gw baca
padahal gw tuh orgny mls bgt baca tpi buku lho gw baca cmn dalam 3 jam(lumayan lah bwt org yg ga suka baca)
selesai baca buku kmu gw langsung tertarik bwt bikin film dokumneter...
selesai baca scene 1 gw langsung dpt ide bwt bikin film
skrg gw lg dlm rangka nyiapin materi dan ngadain riset kecil2an bwt film gw nanti(sesuai saran kmu lho)

gw minta doanya biar film gw bakalan kelar tepat wktu truz bisa gw ikutin di lomba film dokumneter

n thanx bgt bwt buku kmu yg jadi inspirasi bt gw

----

YTh Mas Fajar Nugross

Pada hari sabtu kemarin saya dan adik saya jalan jalan di Toko Buku GRAMEDIA Jl J Sudirman dan saya menemukan buku berjudul ‘ Cara Pinter Bikin Film Dokumenter” yang anda tulis. Sesampainya di rumah saya membacanya dan mendapati bahwa anda telah membuat beberapa film.

Eh kalau boleh tau dimana saya bisa mendapatkan (membeli CD dari film film anda tersebut)

Terima kasih dan salut deh sma kegigihan dan ide kreatif mas Fajar

Sujarwadi

------

Saree
Date: Monday, 20 August, 2007 2:54 PM
Subject: Salam kenal....
Message: Hai Mas Fajar...,
aku Sari dari Bandung. Aku tahu Mas Fajar krn aku beli bukunya Mas Fajar 'cara pinter bikin film dokumenter'. Tahun ini aku jg kirim cerita utk EADC tp ngga masuk jd finalis..,hehe. Aku sangat tertarik bgt utk bikin film dokumenter. Setelah baca bukunya Mas Fajar, aku jd makin pede utk bikin film dokumenter. Skrg pun aku dan teman2 lg bikin sebuah film dokumenter.
Ok deh Mas...,sukses terus ya.....

-----

DiNda
Date: localDateTimewithTi mezone("8/ 8/2007 5:57 AM","timetag1" ,"ID"); Wednesday, 8 August, 2007 7:57 PM Subject: nice to know u... Message: hi...

i'm wanna from medan. i read ur 1st book thn be my insfiration to make documentary film. thats so surprise me as documentary lovers. i had make a semi documentary called profile (MY HERO). with my friend (netty) as director and me as camera woman, we made a documentary for the 1st time (MAY 2007). n video art also (MEDAN METROPOLITAN ? ). it was so unbelieveble. AGAIN N AGAIN, MAS.... HEHEHEHE...
in Medan, filmmaker communities is growing up. esspecially in university area.
hopPully, by this way, we may sharing about film or information. coz, i'm in final test to scription. "documentary film" is my thema. please, inform me if i need some literature, do u?

bravo to u...!!!

------

Mas Nugroho yang baik,

Ini saya Pujiyono, guru SMA Kolese de Briitto. Membaca buku anda, saya tertarik dan ingin belajar sesuatu dari anda.Konkretnya begini: saya di sekolah menugaskan anak-anaknuntuk membuat dokumentasi tentang nilai-nilai kebaikan Tuhan (religius). Di kelas sebelumnya saya pernah memberikan tugas serupa, bukan dalam bentuk film tetapi paper untuk dipresentasikan.Maka minta tolong bagaimana mendapatkan copy film anda, untuk dilihat dan sebagai sarana pembelajaran. Bisa memberi tahu alamat rumah, telp, hp. Ini untuk kepentingan kontak lebih lanjut, jika sewaktu-waktu bisa berbagi pengalaman.
Sementara ini dulu yang kami tanyakan. Trima kasih atas perhatiannya.

salam,

D. Pujiyono
SMA Kolese de Britto YK

Monday, August 06, 2007

WAJAH-WAJAH NUGROSS


Fajar Nugroho Dan Wajah-Wajahnya
Written by N3
Sabtu, 17 Maret 2007

Siapa sineas muda paling produktif di Jogjakarta? Jawabannya tentu tidak lain, Fajar Nugroho atau Fajar Nugross, dua nama untuk satu orang yang sama. Mengikut di belakangnya tentu sukses yang diraih oleh film-film fiksinya seperti "Sangat Laki-Laki" dan "Dilarang Mencium Di Malam Minggu." Kali ini SHOK #5 (Screening Hall On Kinoki ke lima) memutar lagi film-film lulusan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Jogjakarta itu, di KINOKI, jalan Suroto Kotabaru, pada hari Selasa 13 Maret 2007 malam.

Selain menggarap film fiksi, dia juga sempat menggarap film dokumenter, namun sayangnya karena kendala teknis, salah satu film dokumenter yang sedianya akan diputar dalam acara tersebut, batal. Tiga buah film fiksinya diputar dalam acara tersebut sebagai pengantar diskusi. Film pertama adalah "JakJogLik," yang juga merupakan film pertama yang digarapnya. Film yang digarap tahun 2002 dengan durasi 29 menit itu bercerita tentang seorang anak muda dari Jakarta yang jauh-jauh datang ke Jogja demi menemukan cintanya, seorang gadis yang dilihatnya setahun lalu di sepanjang jalan Malioboro.

Rama, pemuda itu, menguntit si gadis dari sisi Stasiun Tugu sampai ujung sebelah Selatan, di depan gedung Kantor Pos Besar Jogjakarta, sebelum akhirnya tanpa diduga gadis itu dibawa pergi oleh gerombolan tidak dikenal. Kepergiannya menyisakan pertanyaan berikut selembar scarf yang dijatuhkannya. Setahun kemudian, Rama kembali ke Jogja untuk menemukan gadis itu. Di akhir film terdapat pesan yang intinya bila benar mencintai seseorang maka mendekatlah.

Tidak berbeda jauh, film kedua, "Dilarang Mencium Di Malam Minggu," film tahun 2003 yang juga masih bicara soal cinta, meskipun hadir dalam bentuk yang berbeda. Bercerita soal perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang gadis. Tokoh pemuda kali ini terpaksa harus berpisah dengan si gadis pada setiap hari Sabtu dan Minggu karena pacar Alina, gadis itu, kembali dari tempat KKNnya. Meski begitu, film tersebut berakhir bahagia dengan bersatunya Alina dan si pemuda karena ternyata pacarnya juga berselingkuh dan memutuskan hubungannya dengan dia.

Setelah film ke dua diputar, tibalah sesi disusi yang meskipun ditengah hujan deras, tetap berlangsung hangat dan seru. Rata-rata peserta diskusi emmberi komentar yang sama, bahwa pada dasarnya mereka bosan dengan alur film yang lamban dan membosankan. Ide cerita juga berkisar pada hal yang sama, cinta, wanita dan sakit hati. Diakui Nugross, pada dua film tersebut dia masih belum memiliki banyak pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan film. Peralatan yang digunakannyapun masih sangat sederhana. Sedangkan dari segi cerita, menurut dia, selalu berangkat dari pengalaman pribadinya maupun teman-temannya.

"Di film 'Dilarang Mencium', waktu itu saya punya pacar yang selalu berantem pas Malam Minggu, juga cerita-cerita sedh yang dialami oleh para pria di film-film itu juga berangkat dari kisah hidup saya yang pedih....", katanya yang disambut oleh tawa riuh peserta diskusi. Film-film Nugross juga banyak menampilkan scene perjalanan dan dialog-dialog panjang yang melelahkan.

Meski begitu, kelebihan-kelebihannya dalam menggarap sebuah film tentu tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Yang banyak dipuji adalah kemampuannya untuk membuat penonton tidak beranjak selama film diputar. Selain itu, dia juga produktif dan banyak memiliki penonton. Salah satu film yang juga ddiputar dalam acara tersebut, "Sangat Laki-Laki" bahkan diputar untuk umum dengan animo yang cukup bagus.

Yang terpenting menurut dia adalah jangan berhenti pada film pertama, sehingga akan semakin dimudahkan dalam film-film selanjutnya karena kepercayaan yang diberikan oleh pihak sponsor atau pihk-pihak terkait lainnya adalah berdasarkan konsistensi berkarya.*